Apa yang kalian tahu tentang Partikulat (PM 2.5)? Ya, PM 2.5 adalah partikel debu yang berukuran 2.5 mikron yang jika kita bandingkan dengan sehelai rambut manusia, setara dengan 1/30 nya. PM 2,5 dianggap sebagai partikel udara paling mematikan bagi manusia karena sangat mudah memasuki sistem pernapasan. Dampak paparan ini membuat manusia mudah terserang penyakit pernapasan, asma, penyakit jantung, hingga memicu kematian. PM 2,5 dinilai lebih berbahaya dari partikel 10 karena tidak disaring dalam sistem pernapasan bagian atas dan langsung menempel pada gelembung paru, sehingga dapat menurunkan kemampuan paru-paru dalam pertukaran gas. Konsentrasi polutan PM2,5 di udara ambien diperoleh dari data pemantauan AirVisual di Mangga Besar yang berlangsung selama 24 jam selama 7 hari. Estimasi risiko kesehatan dinyatakan dalam Risk Quotient (RQ) berdasarkan intake risk agent dan dosis referensinya (RfC). Pemantauan konsentrasi PM2,5 sebesar 35,1 µg/Nm3 pada kondisi minimum, 116 µg/Nm3 pada kondisi maksimum, dan dengan rata-rata 56,71 µg/Nm3
PM 2.5 Berasal darimana?
Mungkin sebagian besar dari kita
bertanya-tanya, apasih penyebab munculnya PM 2.5 ini. PM 2.5 muncul dari
aktivitas industry seperti cerobong asap pabrik, asap dari pembakaran kayu,
minyak, batu bara, kebakaran hutan, asap rokok, asap memasak, asap lilin, maupun
asap perapian. Maraknya PM 2.5 di kota-kota besar juga disebabkan oleh hamper semua
jenis kendaraan bermotor seperti mobil, truk, bus, dan angkot yang setiap
harinya beroperasi di jalanan.
Dampak Paparan PM 2.5 Bagi Pernapasan
Dilansir dari situs web resmi WHO, berbagai material yang terkandung dalam PM2,5 ini dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), kanker paruparu, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis. PM2,5 dapat menembus pertahanan sistem saluran pernapasan manusia sehingga dapat terikat oleh darah manusia melalui pertukaran udara pada alveolus di paruparu. Partikulat dapat mengendap dalam saluran pernafasan melalui beragam mekanisme fisik antara lain sedimentasi, impaksi, difusi, intersepsi, dan elektronik presipitasi. Jurnal Teknik Lingkungan yang dikeluarkan oleh ITB menyatakan bahwa beberapa penelitian di Indonesia telah membuktikan adanya hubungan antara PM 2.5 dengan gangguan pernapasan. Contohnya pada penelitian yang dilakukan oleh Komariah dengan proporsi sampel 50% mengalami restriktif dan 10,9% mengalami obstruktid pada pekerja industry Semen di Citereup.
Sumber:
https://asumsi.co/post/58269/mengenal-partikel-pm-25-dalam-polusi-udara/
https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg
https://ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2020/06/7.-Jurnal-TL-ITB-Elsa_SD_REV1-101-120.pdf
Komentar
Posting Komentar