Hai Sobat Chemist! Pada kali ini, aku akan membahas tentang beberapa analisis masalah yang telah dilakukan secara berkelompok mengenai deposisi asam antara lain:
- Cemaran gas dan polutan yang bersifat asam yang terdeposisi basah menyebabkan air hujan bersifat lebih asam yang dapat dikategorikan sebagai hujan asam.
- Dampak hujan asam terhadap ekosistem dan organisme di dalamnya khususnya pada ekosistem perairan.
- Dampak deposisi asam terhadap lingkungan.
- Pengaruh pH terhadap kelangsungan hidup biota air.
Ke-empat masalah tersebut akan dibahas satu persatu melalui artikel ini
Hujan Asam
Hujan asam yaitu asam yang turun
dalam bentuk hujan, hujan asam dapat terjadi apabila asam di udara larut ke
dalam partikel air di awan. Hujan asam juga dapat terjadi akibat hujan turun melalui udara yang
bersifat asam sehingga asam larut dalam
air hujan dan jatuh ke tanah. Asam yang terkandung dalam hujan asam
adalah asam sulfat (H2SO4 ) dan asam nitrat (HNO3) , keduanya asam kuat. Asam sulfat berasal dari asam nitrat dari gas NOx dan gas
SO2. (Erni, 2007). Desain penyelesaian masalah untuk mengurangi
terjadinya cemaran gas dan polutan bersifat asam yang terdeposisi basah
menyebabkan air hujan bersifat lebih asam yang dikategorikan sebagai hujan
asam, dapat dilakukan dengan upaya-upaya penanggulangan polutan diantaranya :
- Menggunakan bahan bakar dengan
kandungan belerang rendah
Menggunakan gas alami dapat
meminimalisir emisi zat pembentukan asam. Cara lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar alternatif yang tidak
mengandung belerang dan nitrogen, antara lain, metanol, etanol dan hidrogen.
Akan tetapi, penggantian haruslah dilakukan dengan hati-hati.
- Meminimalisir kandungan
belerang saat sebelum pembakaran
Meminimalisir dengan cara mengurangi
kadar belerang dalam bahan bakar menggunakan proses pencucian dalam produksi
batu bara, proses pencucian ini bertujuan untuk meleburkan batu bara dari
pasir, kotoran, tanah dan juga mengurangi kadar belerang yang berbentuk besi
sulfida sampai 50-90%.
- Mengurangi emisi SO2
dan NOx menggunakan teknologi
LIMB (lime injection in multiple burner)
Menggunakan teknologi LIMB emisi yang ditimbulkan dari SO2 dapat berkurang hingga 80% dan NOx 50%. Cara kerja pada teknologi ini yaitu kapur disuntikkan secara internal ke dalam dapur pembakaran dan suhu pada pembakaran diturunkan dengan alat pembakaran khusus. Kapur bereaksi dengan belerang untuk membentuk kalsium sulfat dihidrat. Penurunan suhu membuat terjadinya penurunan pembentukan NOx yang ada di dalam bahan bakar maupun yang dari nitrogen di udara.
- Menggunakan pembangkit tenaga
listrik tenaga batu bara menggunakan FGD ( flue gas desulfurization)
Flue gas desulfurization (FGD) adalah teknologi yang digunakan untuk menghilangkan gas yang mengandung
belerang. Contoh dari FGD yaitu wet
scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet
scrubber yaitu tower yang dilengkapi dengan kipas yang memikat asap dari cerobong ke tower tersebut. Batu
kapur atau kapur dalam bentuk bubur juga disuntikan ke ke dalam tower sehingga
bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang
tersedia, kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH
netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh karena itu,
scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri.
- Dalam pabrik atau industri cara
meminimalisir polutan diantaranya
yaitu :
● Mengurangi
temperatur pembakaran pada semua reaksi dibawah 1300 ̊C
● Mengurangi
waktu tinggi pada zona temperatur tinggi dan memodifikasi sistem pembakaran
dengan cara mengatur injeksi udara
● menggunakan
burner yang didesain menghasilkan gas NO2 rendah.
Adapun cara
menanggulangi dampak hujan asam terhadap ekosistem dan organisme di dalamnya
khususnya pada ekosistem perairan yaitu :
● Air dari hujan asam dapat meningkatkan kadar keasaman tanah yang berpengaruh terhadap kualitas sumber air dari tanah serta kualitas pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penyelesaian masalah terhadap pencemaran tanah akibat air hujan asam dapat dilakukan dengan melakukan penetralan tanah dan penyuburan tanah. Apabila setelah diukur diketahui nilai pH tanah asam maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan nilai pH-nya dengan cara pengapuran dengan Kapur Pertanian atau Dolomit. Pengukuran nilai pH tanah sangat penting dilakukan sebelum menaburkan Kapur Pertanian/Dolomit guna menentukan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Perlakuan penaburan kapur pertanian/dolomit ini idealnya dilakukan minimal 40 hari sebelum pemupukan, artinya tidak dianjurkan melakukan pemupukan dan pengapuran menggunakan dolomit secara bersamaan (Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, 2019).
Laporan Praktikum dapat dilihat dibawah ini:
Komentar
Posting Komentar